Jumat, 12 Juni 2020

Melihat Aktivitas Galangan Kapal Ditengah Pandemi Covid-19

batampos.co.id – Industri galangan kapal menjadi salah satu sektor yang paling merasakan dampak pandemi Covid-19.
Direktur PT Bandar Abadi Shipyard, Maslina Simanjuntak, sejak pandemi Covid-19 omset pihaknya turun drasti.
Tidak hanya itu, kata dia, pembayaran dari para pelanggannya juga terhambat.
“Pusing memikirkannya,” ujarnya, Selasa (28/4/2020).
Menurutnya, saat ini produksi terus mengalami penurunan. Namun, pihaknya masih mempertahankan para karyawannya untuk tetap bekerja.
“Tapi paling kerja basic saja karyawan kita yang selama ini bisa lembur sekarang sudah ngak ada lagi,” paparnya.
Ia mengaku pihaknya saat ini sedang memikirkan bagaimana untuk membayarkan upah karyawannya bulan depan.
“Sampai saat ini masih ada karyawan tetap kita 500-an belum lagi kontraktornya,” katanya.
Masih kata Maslina, apabila Pemko Batam menerapkan Pembatasan sosial Berskala Besar (PSBB), kemungkinan besar beberapa pekerjaan akan diputus kontrak.
“Kami sudah ada 1 kapal yang diputus sementara. Semua perusahaan terdampak Covid-19,” jelasnnya.
Ia berharap, pandemi Covid-19 segera berakhir agar aktivitas galangan kapal di Batam kembali bergairah.
Hal yang sama diutarakan Manager PT Citra Shipyard, Sahat Simaora.
Ia mengatakan. proyek di perusahaannya turun drastis. Saat ini kata dia, pihaknya hanya menyelesaikan pekerjaan yang sudah ada.
“Pekerjaan baru belum ada, padahal sebelumnya banyak. Cuma (menyelesaikan pekerjaan lama) yang ada dan itulah untuk menyambung nyawa galangan kapal dan karyawan kita sambil menunggu proyek orderan datang,” sebutnya.
Sahat menambahkan, apabila kondisi masih terus berlanjut, pihaknya berencana mengurangi karyawan baik itu di PHK, dirumahkan atau putus kontrak.
“Bagaimana lagi yang dikerjakan tidak ada lagi,” katanya.
Sementara itu, Manager PT Palindo Shipyard, Mukti Syarif Rivai, mengatakan, saat ini perusahaannya masih tetap beroperasi dan karyawan masih bekerja seperti biasa.
“Di kantor kita minta karyawan untuk tetap menjaga jarak, wajib pakai masker dan pemeriksaan suhu tubuh rutin bila masuk perusahaan,” katanya.
Order lanjutnya, jauh menurun dari biasanya.
“Sepertinya hampir seluruh bisnis jeblok karena Pandemi covid-19 ini,” jelasnya.
Apalagi lanjutnya, saat ini semua transportasi dihentikan untuk mengantisipasi penularan Covid-19.
“Jadi yang mau pesan kapal banyak yang reschedule,” jelasnya.
Saat ini kata dia, pekerjaan yang dilakukan hanya yang didapat sebelum Covid-19 merebak di Indonesia.
“Itulah yang sedang kita dikerjakan saat ini dan costumer ada yang menunda pemesanan kapal. Tapi Ada juga yang masih jalan karena sudah kontrak di awal tahun lalu,” ujar Mukti.
Mukti berharap PSBB jangan diterapkan di Batam. Jika hal itu dilakukan, bisnis galangan kapal akan tenggelam.
“Bisnis galangan ini, model bisnisnya berbeda dengan bisnis wisata atau trading/jual beli. Ini bisnis hitungan jangka panjang tahunan, kalau diberlakukan PSBB, bisa macetnya juga tahunan,” katanya.
Apabila tidak ada orderan, mau tidak mau perusahaan galangan kapal akan merasionalisasi karyawan sesuai kebutuhan minimum.
Ia juga menjelaskan, yang terdampak terhadap Covid-19 adalah bisnis angkutan laut atau penyeberangan.
Padahal kata dia, bisnis angkutan fery sangat tergantung dari cashflow harian yang dipakai untuk biaya operasional dan biaya karyawan.
“Kalau situasi masih terus berlanjut , bisa kolaps semua,” tutur Mukti.
Mukti berharap, pemerintah segera membuat ekonomi di Indonesia khususnya Kota Batam kembali normal.
Ia pun meminta agar pemerintah terus melakukan tes kepada masayrakat. Sehingga saat diketahui memiliki gejala Covid-19 bisa langsung dilokalisir.
Husen, salah satu pekerja galangan kapal di Tanjunguncang, mengatakan, kontrak kerjanya sudah diputus pihak perusahaan karena tidak ada lagi pekerjaan,
“Sudah berbulan-bulan saya menganggur,” jelansya.
Namun Husen masih bernasib baik, rekannya yang bekerja di Punggur mengajak dirinya untuk bergabung.
“Daripada tidak makan dan tanggungan hidup banyak, meski pun jauh dari rumah saya terima kerjaan itu,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sistem kerja di galangan kapal yang baru dengan pola borongan atau harian.
“Kadang sebulan bisalah ddapat basic tapi kadang tak sampai,” jelasnya.
Zohar Napitupulu, salah satu pekerja permanen di Tanjunguncang, mengatakan, saat ini pekerjaan tempatnya sangat sedikit.
“Dulu banyak, sampai lembur masuk jam 00.00 WIB-pulang jam 20.00 WIB dan minggu masuk. Sekarang pulang jam 16.00 WIB tidak ada lembur, sebutnya.
Zohar mengaku prihatin banyak di antara rekan-rekannya yang bekerja di galangan kapal di PHK dan dirumahkan.
Bahkan ada beberpa pekerja galangan memilih kembali ke kampung halamannya.
Salah satunya, Rudi Harahap. Ia menjual semua aset yang dimiliki mulai rumah hingga kendaraan.
“Kontrak saya diputus dan sampai sekarang belum dapat kerjaan, jadi saya milih pulang kampung,” jelasnya.
Rudi bersama keluarganya pulang ke Pargarutan, Tapanusli Selatan, Sumatera Utara,
Di kampung lanjutnya, kegiatan yang akan dilakukannya ialah bertani.
Sementara itu, Nur Hamima Harahap korban PHK juga memilih pulang ke kampung halamannya untuk bertani.
“Karena sudah susah di Batam gara-gara wabah covid-19,” paparnya.
Pantaun Batam Pos di galangan kapal di area Tanjunguncang memang sangat sepi.
Kapal-kapal juga sepi yang sandar di dermaga. Bahkan pekerja bisa dihitung dengan jari.(ali)
Rabu, 29 April 2020 - 16:28 WIB

Sumber: https://batampos.co.id/2020/04/29/melihat-aktivitas-galangan-kapal-ditengah-pandemi-covid-19/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar